Kamis, 23 Desember 2010

Askep Keluarga dengan Hipertensi

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
HIPERTENSI
1. Pengertian
Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Rogen, 1996).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHG dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHG (Luckman Sorensen,1996).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmHg ataulebih. (Barbara Hearrison 1997)

2. Etiologi
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer.
Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
o Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atautransport Na.
o Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkantekanan darah meningkat.
o Stress Lingkungan.
o Hilangnya Elastisitas jaringan and arterisklerosis pada orang tua sertapelabaran pembuluh darah.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
1. Hipertensi Esensial (Primer)
Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, systemrennin angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.
2. Hipertensi Sekunder
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vakuler renal.


3. Patofisiologi
Menurunnya tonus vaskuler meransang saraf simpatis yang diterukan ke sel jugularis. Dari sel jugalaris ini bias meningkatkan tekanan darah. Danapabila diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkanretensi natrium. Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanandarah. Dengan Peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ organ seperti jantung.
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :
o Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg
o Sakit kepala
o Epistaksis
o Pusing / migrain
o Rasa berat ditengkuk
o Sukar tidur
o Mata berkunang kunang
o Lemah dan lelah
o Muka pucat
o Suhu tubuh rendah

5. Pemeriksaan Penunjang
o Pemeriksaan Laborat
 Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia.
 BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
 Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapatdiakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
 Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal danada DM.
o CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
o EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
o IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal,perbaikan ginjal.
o Photo dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,pembesaran jantung.
6. Penatalaksanaan
o Penatalaksanaan Non Farmakologis
1. DietPembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
2. Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan denganbatasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging,bersepeda atau berenang.
o Penatalaksanaan Farmakologis
Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
0. Mempunyai efektivitas yang tinggi.
1. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
2. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
3. Tidak menimbulakn intoleransi.
4. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
5. Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi sepertigolongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium,golongan penghambat konversi rennin angitensin.

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hipertensi
1. Pengkajian
o Aktivitas/ Istirahat
 Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
 Tanda :Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
o Sirkulasi
 Gejala :Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi.
 Tanda :Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,radialis, tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis,kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisiankapiler mungkin lambat/ bertunda.
o Integritas Ego
 Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress multiple(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan.
 Tanda :Letupan suasana hat, gelisah, penyempitan continue perhatian,tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.
o Eliminasi
 Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayatpenyakit ginjal pada masa yang lalu).
o Makanan/cairan
 Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir ini(meningkat/turun) Riowayat penggunaan diuretic
 Tanda: Berat badan normal atau obesitas,, adanya edema, glikosuria.
o Neurosensori
 Gejala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyu, sakit kepala,subojksipital (terjadi saat bangun dan menghilangkan secara spontansetelah beberapa jam) Gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan kabur,epistakis).
 Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara,efek, proses piker, penurunan keuatan genggaman tangan.
o Nyeri/ ketidaknyaman
 Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung),sakitkepala.
o Pernafasan
 Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea,ortopnea,dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.
 Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyinafas tambahan (krakties/mengi), sianosis.
o Keamanan
 Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.

2. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
a. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang, gejala, penyebab, pencegahan dan penatalaksanaan penyakit hipertensi berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang menderita penyakit hipertensi.
Tujuan :
Tujuan umum :
Tidak terjadi serangan hipertensi yang lebih berat pada klien
Tujuan khusus :
- Menyebutkan pengertian hipertensi
- Menyebutkan tanda dan gejala hipertensi (3-6)
- Menyebutkan 3 faktor resiko yang menyebabkan hipertensi
- Menyebutkan 2 akibat hipertensi bila tidak dirawat.
- Menyebutkan 2 cara mencegah timbulnya hipertensi.

Intervensi :
1. Kaji pengetahuan keluarga.
2. Kaji kemampuan keluarga yang telah dilakukan pada klien
3. Kaji tindakan yang pernah dilakukan bila klien serangan hipertensi.
4. Diskusikan dengan keluarga tentang tanda dan gejala peny. Hipertensi.
5. Diskusikan dengan keluarga cara mengiidentifikasi serangan.
6. Berikan kesempatan keluarga menanyakan penjelasan yang telah diberikan setiap kali diskusi.
7. Berikan penjelasan ulang bila ada penjelasan yang belum dimengerti.
8. Evaluasi secara singkat terhadap topik yang didiskusikan dengan keluarga.
9. Berikan pujian terhadap kemampuan yang diungkapkan keluarga setiap kali diskusi.

b. Resiko terjadi kesalahan dalam penatalaksanaan penyakit hipertensi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas kesehatan secara optimal.
Tujuan :
Tujuan Umum :
Klien tidak mengalami komplikasi/pecahnya pembuluh darah halus
Tujuan khusus :
- Dapat menjelaskan akibat tekanan darah tinggi pada pembuluh darah halus.
- Dapat menyebutkan bagian tubuh yang rawan terjadi pecahnya pembuluh darah.
- Dapat menyebutkan upaya untuk mencegah terjadinya komplikasi.

Intervensi :
1. Kaji pengetahuan keluarga.
2. Kaji kemampuan keluarga yang telah dilakukan pada klien
3. Kaji tindakan yang pernah dilakukan bila klien mengalami serangan.
4. Diskusikan dengan keluarga tentang akibat peny. Hipertensi pada pembuluh darah.
5. Diskusikan dengan keluarga tentang bagian tubuh yang rawan terjadi pembuluh darah pecah.
6. Diskusikan alternatif yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi.
7. Berikan kesempatan keluarga menanyakan penjelasan yang telah diberikan setiap kali diskusi.
8. berikan penjelasan ulang bila ada penjelasan yang belum dimengerti.
9. Evaluasi secara singkat terhadap topik yang didiskusikan dengan keluarga.
10. Berikan pujian terhadap kemampuan yang diungkapkan keluarga setiap kali diskusi.

Selasa, 21 Desember 2010

GANGGUAN NUTRISI PADA "LANSIA"

GANGGUAN NUTRISI PADA LANSIA

1. DEFINISI
Nutrisi adalah keseluruhan berbagai proses dalam tubuh makhluk hidup untuk menerima bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut agar menghasilkan berbagai aktivitas penting dalam tubuhnya sendiri. Gangguan nutrisi terjadi kalau diet mengandung satu atau lebih nutrient dalam jumlah yang tidak tepat.

2. EPIDEMIOLOGI
Hasil survey dari Negara Inggris yang diselenggarakan oleh DHSS dan diterbitkan dalam tahun 1979 terlihat bahwa 3% dari subjek yang diteliti mengalami malnutrisi klinik. Apabila angka ini tidak mengikutsertakan kasus- kasus kegemukan dalam keseluruhan populasi manula maka akan terdapat 300.000 manula dengan diet yang tidak memadai yang tidak dapat dihindari dan dapat membawa pengaruh buruk bagi kesehatan. Kelainan gizi yang sering dijumpai dalam survey adalah obesitas, konsumsi yang rendah pada asam folat, vit. C, vit. D, vit. B, zat besi, dan kalsium.
3. FAKTOR PENYEBAB
a. Tinggal sendiri
Seseorang yang hidup sendirian sering tidak mempedulikan tugas memasak untuk menyediakan makanannya.
b. Kelemahan fisik
Contohnya atritis atau cedera serebrovaskular (CVA) yang menyebabkan kesulitan untuk berbelanja dan masak. Mereka tidak mampu merencanakan dan menyediakan makanannya sendiri.
c. Kehilangan
Terutama terlihat pada pria lansia yang tidak pernah memasak untuk mereka sendiri. Mereka biasanya tidak memahami nilai suatu makanan yang gizinya seimbang.
d. Depresi
Menyebabkan kehilangan nafsu makan. Mereka tidak mau bersusah payah berbelanja, emmasak atau memakan makanannya.


e. Pendapatan yang rendah
Ketidakmampuan untuk membeli makanan yang cermat untuk meningkatkan pengonsumsian makanan yang bergizi.
f. Penyakit saluran pencernaan
Termasuk sakit gigi, ulkus
g. Penyalahgunaan alcohol
Mengurangi asupan kalori dan tidak berkalori seperti asupan energy dengan sedikit factor nutrisi lain
h. Obat
Pada lansia yang mendapat lebih banyak obat dibandingkan kelompok usia lain yang lebih muda ini berakibat buruk terhadap nutrisi lansia. Pengobatan akan mengakibatkan kemunduran nutrisi yang semakin jauh.

4. TANDA DAN GEJALA
• Gigi tidak lengkap dan ompong
• Nafsu makan menurun
• Lesu
• Tidak semangat
• BB kurang / lebih dari normal
• Perut terasa kembung
• Sukar menelan
• Mual muntah

5. PATOFISIOLOGI
• Produksi saliva menurun → mempengaruhi proses perubahan kompleks karbohidrat menjadi disakorida
• Fungsi ludah menurun → sukar menelan
• Fungsi kelenjar pencenaan menurun → perut terasa tidak enak / kembung
• Banyak gigi yang lepas (ompong) → nafsu makan berkurang
• Dengan proses menua terjadi gangguan motilitas otot polos oesofagus.
Dari proses perubahan-perubahan pada proses menua pada lansia menyebabkan intake makanan pada lansia berkurang yang nantinya akan mempengaruhi status gizi pada lansia.


6. DAMPAK GANGGUAN NUTRISI
Kelemahan otot dan kelelahan karena energy yang menurun. Lansia dengan gangguan nutrisi beresiko tinggi untuk terjatuh atau mengalami ketidakmampuan dalam mobilisasi yang menyebabkan luka tekan atau cedera. Tulang akan mudah rusak dan proses penyembuhan luka tekan akan berjalan lama serta kondisinya akan memburuk. Kaum manula yang mendorong kesalahan gizi dapat dibagi menjadi 3 kelompok :
a. Malnutrisi umum
Diet tidak mengandung beberapa nutrient dalam jumlah yang memadai.
b. Defisiensi nutrient tertentu
Terjadi bila suatu makanan atau kelompok makanan tertentu tidak ada dalam diet. Contoh : defisiensi zat besi pada manula yang keadaan gigi geliginya jelek sehingga tidak makan daging karena kesulitan mengunyah dan konsumsi vit. C yang rendah pada manula yang terus menerus dalam jangka waktu yang lama mengalami diet lambung.
c. Obesitas
Disebabkan oleh kebiasaan makan yang jelek sejak usia muda. Gerakan manula yang gemuk akan menjadi lebih sulit.

7. KOMPLIKASI
• Diabetes mellitus
• Hipertensi
• Penyakit jantung
• Gastritis
• Ulkus peptikum

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Laboratorium
• Radiografi dengan kontras barrem.
9. PENATALAKSANAAN
• Memperhatikan kebutuhan gizi pada lansia. Kecukupan energy sehari yan dianjurkan untuk pria berusia lebih tua atau sama dengan 60 tahun dengan berat badan sekitar 62 kg adalah 2200 kkal sedangkan untuk perempuan adalah 1850 kkal
• Memperhatikan bentuk dan variasi makanan yang menarik agar tidak membosankan (bentuk cair, bubur saring, bubur, nasi tim, nasi biasa)
• Menambah makanan cair lain / susu bila lansia tidak bias menghabiskan makanannya
• Bila terdapat penyakit metabolic seperti DM, gula sederhana dihindari, bila terdapat penyakit gagal ginjal sebaliknya dipilih asam amino yang esensial.
• Perubahan sederhana untuk memperbaiki diet bagi manula yaitu : Minum satu gelas sari buah yang murni (jangan dicampuri air ataupun gula), Sarapan dengan biji-bijian utuh (misalnya havermout, beras merah) dan telur setiap pagi, Mengusahakan makan daging atau ikan paling tidak sekali dalam sehari, Minum segelas susu pada waktu akan tidur, Paling sedikit makan satu porsi sayuran setiap hari.

ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
• Berat badan
Berhubungan dengan tinggi badan, contoh IMT (indeks massa tubuh) atau
catatan yang tepat
• Perubahan berat badan
Difokuskan pada kehilangan atau pertambahan berat badan saat ini
• Pertumbuhan gigi
Apakah lansia memakai gigi palsu atau apakah mereka memerlukan gigi palsu? Apakah gigi palsu yang ada hilang atau rusak?
• Kebiasaan makan
Aspek pribadi, budaya, dan agama mengenal asupan nutrisi
• Kemampuan untuk makan
Dapatkah lansia memindahkan makanan dari piring ke mult dan menelannya dengan baik

• Farmakologi
Apakah klien banyak meminum obat-obatan (termasuk medikasi yang dilakukan sendiri) yang dapat berakibat buruk terhadap nutrisi.

10. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ketidaseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d tidak mampu dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan
b. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b/d intake berlebih
c. Kurang perawatan diri makan b/d kelemahan atau kelelahan
d. Konstipasi b/d kebiasaan makan yang buruk.

11. INTERVENSI
Dx 1
• Tingkatkan intake makanan melalui mengurangi gangguan dari lingkungan
• Sajikan makanan yang mudah dicerna dalam keadaan hangat, tertutup dan berkan sedikit-sedikit tapi sering
• Hindari makanan yang banyak mengandung gas
• Berikan penkes Hg program diet yang benar

Dx 2
• Lakukan pengkajian pola makan pasien
• Buat program latiha untuk olahraga
• Hindari makanan yang banyak mengandung lemak
• Berikan penkes Hg : program diet yang benar akibat yang mungkin timbul pada kelebihan BB

Dx 3
• Kurangi gangguan dari lingkungan pada saat makan
• Kaji kebutuhan bantuan yang akan diberikan
• Bantu dalam pemilihan makanan yang tepat dari menu
• Bantu pasien dalam intake makanan
Dx 4
• Catat dan kaji warna, konsistensi, jumlah dan waktu BAB
• Kaji dan catat pergerakanusus
• Berikan cairan adekuat dan makanan tinggi serat
• Berikan penkes Hg : kebiasaan diet, aktivitas cairan dan makanan yang mengandung gas serta kebiasaan BAB

PENYAKIT SISTEM PENCERNAAN
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat- zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
Penuaan dicirikan dengan kehilangan banyak sel tubuh dan penurunan metabolism di sel lainnya.Proses ini menyebabkan penurunan fungsi tubuh dan perubahan komposisi tubuh. Perubahan pada system pencernaan :
1. Kehilangan gigi,penyebab utama adanya periodontal desease yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun.Penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.
2. Indera pengecap menurun.Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir.atropi indera pengecap (±80%),hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap di lidah teritama rasa manis,asin,asam,pahit.Selain itu sekresi air ludah berkurang sampai kira-kira 75% sehingga mengakibatkan rongga mulut menjadi kering dan bisa menurunkan cita rasa.
3. Usofagus melebar.Penuaan usofagus berupa pengerasansfringfar bagian bawah sehingga menjadi mengendur(relaksasi) dan mengakibatkan usofagus melebar (presbyusofagus).Keadaan ini memperlambat pengosongan usofagus dan tidak jarang berlanjut sebagaiher nianhiatal.Gangguan menelan biasanya berpangkal pada daerah presofagus tepatnta di daerah osofaring penyebabnya tersembunyi dalam system saraf sentral atau akibat gangguan neuromuskuler seperti jumlah ganglion yang menyusut sementara lapisan otot menebal dengan manometer akan tampak tanda perlambatan pengosongan usofagus.
4. Lambung,rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun).Lapisan lambung menipis diatas 60 tahun,sekresi HCL dan pepsin berkurang,asam lambung menurun,waktu pengosongan lambung menurun dampaknya vitamin B12 dan zat besi menurun.
5. Peristaltic lemah dan biaanya timbul konstipasi
6. Fungsi absopsi melemah (daya absorpsi terganggu).Berat total usus halus berkurang diatas usia 40 tahun meskipun penyerapan zat gizi pada umumnya masih dalam batas normal,kecuali kalsium (diatas 60 tahun)dan zat besi.
7. Liver (hati).Penurunan enzim hati yang terlibat dalam oksidasi dan reduksi,yang menyebabkan metabolisme obat dan detoksifikasi zat kurang efisien.
Produksi saliva menurun sehingga mempengaruhi proses perubahan kompleks krbohidrat menjadi disakarida. Fungsi ludah sebagai pelican makanan berkurang sehingga proses menelan menjadi sukar.
Keluahn-keluhan seperti kembung, perasaan tidak enak di perut dan sebagainya, seringkali disebabkan makanan yang kurang dicernaakibat berkurangnya fungsi kelenjar pencernaan. Juga dapat disebabkan karena berkurangnya toleransi terhadap makanan terutama yang mengandung lemak.
Keluhan lain yang sering dijumpai adalah konstipasi, yang disebabkan karena kurangnya kadar selulosa, kurangnya nafsu makan bisa disebabkan karenanya banyaknya gigi yang sudah lepas. Dengan proses menua bisa terjadi gangguan motilits otot polos esophagus, bisa juga terjadi refluks disease (terjadi akibat refluks isi lambung ke esophagus), insiden ini mencapai puncak pada usia 60 – 70 tahun.
Penyakit yang lazim terjadi pada system pencernaan.
1. Anemia (defisiensi zat besi)
Anemia cukup umum pada populasi lansia,yang mungkin disebabkan kondisi predisposisi yang mendasari,seperti malnutrisi,dan infeksi kronis.Prognosis anemia lebih baik setelah therapy penggantian zat besi.
1) Etiologi
• Asupan diet zat besi yang tidak adekuat atau diet tidak seimbang yang buruk
• Malabsorpsi zat besi,seperti pada diare kronis,gastrektomi parsial atau total,dan sindrom malabsorpsi seperti penyakit seliak
• Kehilangan darah sekunder akibat perdarahan GI yang disebabkan obat (akibat antikoagulan,aspirin,steroid) atau akibat perdarahan karena trauma,ulkus GI,tumor ganas,dan varises.
• Hemolisis intravascular yang disebabkan hemoglobulinuria atau hemoglobulinuria nokturia
aroksimal
• Trauma eritrosit mekanis yang disebabkan oleh katup jantung prostetik atau filter vena kava.
2) Tanda dan gejala
- Dapat asimtomatik selama bertahun-tahun.
- Keletihan
- Sakit kepala
- Tidak dapat berkonsentrasi
- Nafas pendek (khusus pada kerja fisik)
- Penigkatan frekuensi infeksi
- Pada anemia kronis, disfagia efek neuromuskuler (gangguan vasomotorik,parestesia,dan nyeri neuralgik),glosistis (lidah merah,bengkak,lunak,berkilat dan nyeri tekan),stomatitis serta kuku rapuh.
- Pada tahap lanjut,takhikardia (disebabkan oleh penurunan perfusi oksigen dan peningkatan curah jantung)

3) Pemeriksaan Diagnostik
 Pemeriksaan darah dapat menunjukan hal-hal berikut :
- Kadar Hb rendah (<12gr/dl pada pria,<10gr/dl pada wanita)
- Hematokrit rendah (<47ml?dl pada pria,<42ml/dl pada wanita)
- Kadar zat besi serum rendah,
- Hitung SDM rendah
- Pemeriksaan sumsum tulang menunjukan deplesi atau tidak ada simpanan zat besi dan hyperplasia normoblastik
 Pemeriksaan Gi,seperti uji feses, barium telan dan enema,endoskopik,dan sigmoidoskopi untuk menyingkirkan atau memastikan apakah perdarahan disebabkan defisiensi zat besi.
4) Penanganan
Sebelum penanganan dapat dimulai,penyebab yang mendasari anemia harus dipastikan.Selanjutnya terapi penggantian zat besi yang terdiri atas preparat oral atau kombinasi zat besi dan asam askorbat (meningkatkan absorpsi zat besi) dapat diberikan.
5) Diagnosa keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi:kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi zat besi dalam diet

Intervensi
- Berikan suplemen zat besi sesuai program
- Pantau kepatuhan pasien terhadap terapi penggantian zat besi yang diprogramkan.
- Pantau apakah pasien mengalami over dosis penggantian zat besi.
- Pantau hitung darah lengkap pasien dan zat besi serum dengan teratur
- Kaji kebiasaan diet keluarga untuk asupan zat besi
- Evaluasi riwayat obat-obatan pasien.

2. Gangguan ferpusi jaringan berhubungan dengan penurunan Hb
Intervensi
- Berikan terapi oksigen jika perlu untuk membantu
- mencegah dan mengurangi hipoksia
- Berikan periode istirahat yang sering untuk mengurangi kelemahan fisik
- Sesuai program,berikan analgesic untuk mengurangi sakit kepala dan ketidaknyamanan lain.
- Pantau pasien apakah ada tanda dan gejala penururnan perfusi ke organ-organ vital
- Pantau frekuensi nadi pasien dengan sering

6) Penyluhan
- Berikan penjelasan pasien tentang penyakitnya dan program pengobatan
- Anjurkan pasien untuk tidak berhenti terapi
- Informasikan kepada pasien bawsa susu dan antasida mengganggu absorpsi tetapi vitamin c dapat meningkatkan absorpsi.
- Beri tahu pasien untuk melaporkan setiap efek merugikan dari terapi zat besi seperti : mual,muntah,diare,dan konstipasi
- Ajarkan pasien untuk menjadwalkan aktivitas dengan periode istirahat yang dapat disesuaikan dengan kondisi anemianya.
- Karena defisiensi zat besi dapat berulang,jelaskan kebutuhan untuk pemeriksaan teratur dan kepatuhan terhadap terapi yang diresepkan.

2.Gastritis Kronis
Gastritis adalah suatu inflamasi mukosa lambung yang dapat bersifat akut ataupun kronik.gastritis akut adalah penyakit lambung yang paling umum,menyebabkan kemerahan pada mukosa,edema,hemoragi dan erosi. Gastrits kronis biasanya terjadi pada lansia dan pasien yang mengalami anemia pernisiosa.gastritis kronis biasanya melibatkan kondisi patologi yang mendasari akibat dari atropi mukosa lambung.gastritis kronis kronis dapat mengalami ulkus lambung dan karsinoma
.
1) Etiologi
Diperkirakan oleh heliobacter pylori.

2) Tanda dan gejala
- Tanda dan gejala seperti gastritis akut yaitu seperti :ketidaknyamanan pada epigastrik,nyeri karena sulit mencerna makanan,anoreksia,mual serta muntah.
- Intoleransi terhadap makanan pedas dan berlemak
- Nyeri epigastrik ringan yang mereda dengan makan

3) Pemeriksaan diagnostic
• Endoskopi GI untuk memastikan gastritis dilakukan dalam 24 jam perdarahan.pemeriksaan ini dikontraindikasikan setelah menelan agens korosif.
• Pemeriksaan laboratorium dapat mendeteksi perdarahan samar dalam muntah atau feses,jika pasien mengalami perdarahan lambung
• Pemeriksaan darah menunjukan bahwa kadar Hb dan Ht mengalami penurunan apabila pasien mengalami anemia akibat perdarahan.
• Pemeriksaan H pylori dan nafas berbau urea memperlihatkan adanya antibody H pylori

4) Penanganan
Prioritas penanganan segera adalah menghilangkan penyebab gastritis.sebagai contoh,gastritis yang disebabkan oleh bakteri diobati dengan antibiotic,ingesti racun dinetralkan dengan antidote yang tepat.
Untuk pasien yang menderita gastritis kronis,antasida diberikan perjam,yang dapat mengurangi frekuensi gastritis akut.Sebagaian pasien memerlukan analgetik sampai terjadi pemulihan,kebutuhan oksigen,volume darah serta keseimbangan cairan perlu diperhatikan.

5) Diagnose keperawatan
• Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, anorexia

Intevensi
- Kaji intake makanan,
- Timbang BB secara teratur,
- Berikan perawatan oral secara teratur, anjurkan klien makan sedikit tapi sering,
- Berikan makanan dalam keadaan hangat,
- Auskultasi bising usus,
- Kaji makanan yang disukai,

• Resti gangguan keseimbangan volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, muntah

Intervensi
- Kaji tanda dan gejala dehidrasi,
- Observasi TTV,
- Ukur intake dan out
- Anjurkan klien untuk minum ± 1500-2500ml,
- Observasi kulit dan membran mukosa,
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan infus

• Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan inflamasi mukosa lambung
Intervensi
- Kaji skala nyeri dan lokasi nyeri,
- Observasi TTV,
- Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman,
- Anjurkan tekhnik relaksasi dengan nafas dalam,
- Lakukan kolaborasi dalam pemberian obat sesuai dengan indikasi untuk mengurangi nyeri

6) Penyluhan
- Ajarkan pasien mengenal penyebab,pemeriksaan diagnostic serta program pengobatan
- Berikan pasien daftar makanan yang dihindari,seperti : merica,atau makanan yang sangat berbumbu,alcohol,kafein
- Jika pasien merokok anjurkan unutk berhentibantu
- Ajari pasien cara mengatasi stress,seperti; meditasi,relaksasi,nafas dalam dan imajinasi terbimbing
- Ajarkan anggota keluarga tentang pentingnya mendukung pasien ketika ia membuat perubahan diet dan gaya hidup yang diperlukan.

3. Inkontinensia fekal
Meskipun biasanya bukan merupakan tanda penyakit mayor,inkontinensia dapat menyebabkan gangguan yang serius pada kesejahteraan fisik dan psikologis lansia. Inkontinensia fekal dapat terjadi secara bertahap (seperti demensia) atau tiba-tiba (seperti cedera medulla spinalis).

1) Etiologi
- Inkontinensia fekal biasanya akibat dari statis fekal dan impaksi (sebagai suatu massa atau kumpulan yang mengeras) yang disertai penurunan aktivitas,
- Diet yang tidak tepat.
- Penggunaan laksatif yang kronis
- Penurunan asupan cairan
- Deficit neurologis
- Komplikasi pembedahan pelvis,prostat atau rektum
- Obat-obatan seperi antihistamin,psikotropik dan preparat besi

2) Tanda dan gejala
- Rembesan feses yang terus menerus dari rectum
- Ketidakmampuan mengenali kebutuhan defekasi
- Kram abdomen dan distensi

3) Pemeriksaan dianostik
- Pemeriksaan rectum digital dapat menyingkirkan inpaksi fekal
- Kolonoskopi mungkin diperlukan untuk mendeteksi gangguan usus lainnya.



4) Penanganan
Pasien yang mengalami inkontinensia fekal harus dikaji penyebab masalah yang mendasari penyakitnya dengan cermat.Pelatihan kembali defekasi merupakan terapi pilihan bijak, misalnya adalah tonus sfingter anal yang buruk,latihan otot-otot panggul dapat membantu mengoreksinya.lansia dapat diajarkan untuk mengontrkasikan dan merilekskan sfingter anal dalam program latihan yang teratur untuk menguatkan otot-otot tersebut. Jika inkontinensia disebabkan oleh impaksi,sumbatan harus dihilangkan dengan enema atau secara manual.Enema atau supositoria dapat digunakan secara berulang untuk mendapatkan evakuasi feses yang tuntas

5) Diagnose keperawatan
• Inkontinensia fekal berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler,

Intervensi
- Berikan asupan cairan yang adekuat
- Mulai aktivitas dan program olah raga
- Tetapkan latihan kebiasaan,mencakup toileting yang terjadwal seperti setelah sarapan pagi,tingkatkan kesadaran akan refleks defekasi,
- Jika terdapat kerusakan neurologis berat,induksi konstipasi dengan antidiare dan diet berserat rendah,selang-seling

• Ansietas berhubungan dengan inkontinensia fekal

Intervensi
- Jadwalkan waktu tambahan untuk mendorong dan member dukungan pada pasien untuk mengurangi rasa malu
- Berikan dukungan akibat kehilangan pengendalian
- Berikan pujian atas keberhasialn pasien

• Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan inkontinensia fekal
Intervensi
- Pertahankan perawatan hygiene yang efektip untuk meningkatkan kenyamanan pasien dan mencegah kerusakan kulit dan infeksi
- Bersihkan area perianal sesering mungkin
- Oleskan krim awar pelembab
- Kendalikan bau yang tidak sedap

6) Penyuluhan
- Ajarkan pasien untuk secara bertahap menghilangkan penggunaan laksatif
- Libatkan keluarga untuk melakukan perawatan kulit untuk mencegah iritasi dan infeksi

4. Konstipasi
Seiring bertambahnya usia dan perubahan fisiologis yang normal,konstipasi umum terjadi pada lansia.konstipasi diperburuk oleh nutrisi yang buruk,asupan cairan yang rendah,dan imobilisasi.konstipasi terjadi karena penurunan peristaltic koon dan perlambatan impuls syaraf yang merasakan kebutuhan akan defekasi.Dengan bertambahnya usia,sfingter anal interna kehilangan tonusnya dan defekasi tertunda.Jika tidak diobati konstipasi dapat menyebabkan impaksi fekal dan megakolon.

1) Tanda dan gejala
- Periode waktu lama antara defekasi
- Keram dan kembung pada abdomen
- Abdomen keras
- Mengejan selama defekasi
- Feces kecil dank eras
- Bising usus jauh atau kurang terdengar
- Nyeri punggung
- Sakit kepala
2) Pemeriksaan diagnostic
- Pemeriksaan rectum digital dapat memastikan atau menyingkirkan masalah fisiologis

3) Penanganan
- Penanganan jangka pendek dapat terdiri dari laksatif yang kuat untuk mengosongkan seluruh usus.
- Pengobatan jangka panjang mencakup diet tinggi serat,asupana caiaran yang adekuat,mengurangi penggunaan laksatif dan member waktu yang cukup unuk mengevakuasi usus secara tuntas sesuai rutinitas normal.
- Untuk impaksi fekal pengangkatan feces manual diikuti dengan enema yang mengguanakan retensi-minyak hangat dan enema yang mengguanakan sabun pembersih.Setelah 3 hari pasien mendapat pelunak feces dan stimulasi defekasi.
4) Diagnose keperawatan
• Konstipasi yang berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, obstruksi usus, megakolon,Imobilisasi, asupan cairan dan serat yang tidak adekuat
Intervensi
- Tanyakan pasien mengenai asupan dietnya
- Dorong peningkatan asupan cairan dan diet tinggi serat
- Berikan pelunak feces sesuai resep
- Anjurkan pasien merespon desakan untuk defekasi dengan segera
- Anjurkan peningkatan aktivitas olahraga

5) Penyluhan
- Ajarkan pasien lansia metoda untuk mengurangi konstipasi yang mencakup:
o Diet tinggi seratPeningkatan asupan cairan
o Aktifitas fisik yang lebih banyak
o Membuat penyesuaian dengan keterbatasan fisik yang dapat menghambat kemampuan pergi ke kamar mandi sebelum desakan untuk defekasi hilang.
DAFTAR PUSTAKA
Watson, Roger. 2003. Perawatan Pada Lansia. Jakarta : EGC
Nugroho, Wahyudi. 2000. Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC
Fakultas Kedokteran UI. 2000. Pedoman Pengelolan Kesehatan Pasien Geriatri. Untuk Dokter dan Perawat. Jakarta
Beck, Mary E. 2000. Ilmu Gizi dan Diet Hubungannya dengan Penyakit-penyakit untuk Perawat dan Dokter. Jakarta : Yayasan Essentia Medico
Tarwoto, Wartonah. 2003. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Prima Medika

Sabtu, 27 November 2010

GASTRITIS

gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung
insiden gastritis meningkat dengan lanjutnya proses menua. namun sering sekali asimptomatis atau hanya dianggap sebagai akibat normal proses menua.